AKUNTANSI
INTERNASIONAL
MAKALAH INFLASI
Disusun Oleh :
Galih Rezti Pratiwi
23213629 / 4EB29
Tugas Mata Kuliah :
Akuntansi Internasional
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelaporan keuangan sangat terkait dengan perubahan harga, karena selama periode perubahan harga tersebut laporan keuangan dapat berpotensi untuk menyesatkan selama periode perubahan harga tersebut. Perubahan harga disini dapat dipahami dengan 2, yaitu perubahan harga secara umum dan perubahan harga spesifik atau khusus. Pada bahasan ini akan lebih lanjut dikenalkan tentang bagaimana penyesuaian terhadap inflasi. Untuk memahaminya akan diberika pula sudut pandang dunia internasional terhadap akuntansi inflasi dimana kita akan mengambil dari Amerika Serikat, Inggris dan Brasil.
Pelaporan keuangan sangat terkait dengan perubahan harga, karena selama periode perubahan harga tersebut laporan keuangan dapat berpotensi untuk menyesatkan selama periode perubahan harga tersebut. Perubahan harga disini dapat dipahami dengan 2, yaitu perubahan harga secara umum dan perubahan harga spesifik atau khusus. Pada bahasan ini akan lebih lanjut dikenalkan tentang bagaimana penyesuaian terhadap inflasi. Untuk memahaminya akan diberika pula sudut pandang dunia internasional terhadap akuntansi inflasi dimana kita akan mengambil dari Amerika Serikat, Inggris dan Brasil.
BAB II
PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA
A. DEFINISI
PERUBAHAN HARGA
Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga ( changing princes ), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Tingkat harga umum biasanya timbul ketika harga semua barang dan jasa dalam perekonomian berubah. Daya beli moneter pun menguat atau melemah. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secra rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi ( inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi ( deflation ). Apa saja penyebab inflasi? Bukti-bukti menunjukan bahwa inflasi disebabkan oleh kebijakan moneter dan fiskal agresif yang bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, biaya pemilihan umum yang terlalu besar, serta penyebaran inflasi internasional. Namun persoalan ini jauh lebih rumit.
Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga ( changing princes ), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Tingkat harga umum biasanya timbul ketika harga semua barang dan jasa dalam perekonomian berubah. Daya beli moneter pun menguat atau melemah. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secra rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi ( inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi ( deflation ). Apa saja penyebab inflasi? Bukti-bukti menunjukan bahwa inflasi disebabkan oleh kebijakan moneter dan fiskal agresif yang bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, biaya pemilihan umum yang terlalu besar, serta penyebaran inflasi internasional. Namun persoalan ini jauh lebih rumit.
Perubahan harga khusus dimulai ketika
harga barang atau jasa tertentu berubah seiring naik turunnya permintaan dan
penawaran. Inilah yang menyebabkan tingkat rata-rata inflasi pertahun dari
suatu negara mencapai 5%, sementara disaat yang sama harga apartemen berkamar
sama dinegara itu meningkat sebesar 50%.
Inflasi telah menjadi fakta yang penting
dan tetap di hampir semua Negara di dunia. Perubahan nilai mata uang moneter
bener-bener diakui para akuntan dewasa ini, tetapi tedapat pertentangan
mengenai cara teoritis dan praktis untuk menyelesaikannya. Di Amerika Serikat,
FASB Statetment No. 33 mangharuskan pengungkapan khusus oleh
perusahaan-perusahaan besar tertentu, tetapi tidak merinci kaitan pengungkapan
ini dengan laporan keuangan utama. Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu
kendala penfukuran dalam pendekatan induktif-deduktif terhadap teori akuntansi.
B. DAFTAR
ISTILAH AKUNTANSI INFLASI
§ Atribut.
Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi.
Contoh biaya hostori atau biaya penggantian merupakan atribut suatu aktiva.
§ Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk
perubahan dalam harga tertentu.
§ Perubahan dalam kekayaan. Jumlah aktiva bersih suatu
perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih.
§ Mekanisme Penyesuaian. Menfaat berupa keuntungan daya
beli pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa
perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi
sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang.
§ Ekuivalensi Daya Beli Umum. Jumlah uang yang telah
disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga umum.
§ Laba dan rugi pembelian umum. Lihat laba dan rugi
moneter.
§ Mata uang tetap biaya historis. Lihat setara daya beli
umum.
§ Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan biaya
kini suatu aktiva nonmoneter.
§ Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi
pada saaat tingkat harga umum dalam suatu perkekonomian meningkat sebesar lebih
dari 25 % pertahun.
§ Inflasi. Keniakan dalam tingkat harga umum seluruh
barang dan jasa dalam suatu perkeonomian.
§ Aktiva Moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang
tetap dimasa depan seperti kas atau piutang usaha.
§ Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum
yang terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi.
§ Kewajiban Moneter. Suati kewajiban untuk membayar
jumlah mata uang tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang dengan suku
bunga tetap.
§ Kerugiaan Moneter. Penurunan dalam daya beli secara
umum yang terjasi karena terdapatnya aktiva moneter selama periode inflasi.
§ Penyesuaian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan
harga khusus terhadap seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh suatu
usaha dalam menjalankan operasinya.
§ Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum
disesuaikan dengan perubahan harga.
§ Aktiva non Moneter. Aktiva yang tidak menunjukkan
adanya klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap, dan
peralatan.
§ Penyesuaian Paratis. Suatu penyesuaian yang mencerminkan
perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan perusahaan tuan rumah.
§ Kewajiban non moneter. Suatu utang yang tidak
mengharuskan pembayaran jumlah kas tetap dimasa depan seperti uang muka
pelanggan.
§ Aktiva Permanent. Istilah di Brasil utnuk aktiva
tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait serta jumlah
deplasi atau amortisasi.
§ Indeks Harga. Suatu rasio biaya dimana
pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang
representative dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari
keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
§ Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unti moneter
untuk memperoleh barang dan jasa.
§ Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk
perubahan harga.
§ Biaya Penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi
jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha.
§ Mata Uang Pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu
perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
§ Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada
saat suatu induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar
negeri yang beralokasi disebuah lingkungan berinflasi.
§ Fluktuatif. Dengan metode ini, akun anak perusahaan
pertama-tama disajikan ulang dengan inflasi lokal, kemudian ditranslasikan dalam
mata uang induk.
§ Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk
komoditas khusus seperti persediaan atau peralatan.
§ Metode tranlasikan saji-ulang. Suatu metode
konsolidasi pertama-tama dengan mentranslasikan akun-akun laporan keuangan anak
prusahaan luar negeri ke dalam mata uang induk perusahaan kemudian dinyatakan
kembali jumlah yang ditraslasikan terhadap inflasi induk perusahaan.
C. LAPORAN
KEUANGAN DAPAT MEMILIKI POTENSI UNTUK MENYESATKAN SELAMA PERIODE PERUBAHAN
HARGA
Selama periode inflasi, nilai aktiva
yang di catat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai
terkininya ( yang lebih tinggi ). Nilai aset yang dikecilkan mengakibatkan
dikecilkannya pengeluaran dan dibesarkannya laba. Ketidak akuratan pengukuran
ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu
historis (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data
kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat
dikendalikan. Laba yang dinilai lebig pada gilirannya akan menyebabkan :
§ Kenaikan dalam proporsi pajak
§ Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham
§ Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada
pekerja
§ Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah (
seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar )
Jika harus mendistribusikan semua laba
yang dibesarkan (Dalam bentuk paja, deviden, gaji dan semacamnnya yang lebih
besar) suatu perusahaan mungkin tidak akan memiliki cukup sumberdaya untuk
mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga, seperti persediaan,
pabrik dan peralatan.
Kegagalan untuk menyesuaikan data
keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga
menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan
dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode
inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum
yang lebih rendah ( yaitu daya beli perode ini ), yang kemudian diterapkan
terhadap beban terkait. Biaya disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum
lebih tinggi karena biasanya mencerminkan pemakaian sumberdaya yang diperoleh
dimasa lampau (misalnya penyusutan pabrik yang dibeli 10 tahun silam) ketika
daya beli unit moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya berdasarkan daya beli
historis dari pendapatan berdasarkan daya beli kini menyebabkan laba tidak
diukur secara akurat.
Prosedur akuntansi yang konvensional
juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan
kas ( ekuivalennya ) selama periode inflasi. Jika kita menahan kas selama
setahun dengan tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan
dua kali lipat kas untuk menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini
selanjutnya mempersulit pembaca laporan untuk membandingkan kinerja bisnis.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh
inflasi secara eksplisit berguana dilakukan karena :
1.
Pengaruh perubahan harga sebagian
bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
2.
Mengelola masalah yang timbulkan oleh
perubahan harga tergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
3.
Laporan dari para menajer mengenai
permasalahan yang disebabkan oleh perubahan hatga lebih mudah dipercaya apabila
kalangan usaha menerbitkan iformasi keuangan yang membahas masalah-masalah
tersebut.
Meskipun laju melambat, akuntansi
perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam
beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu dapat juga
bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta.
Disamping itu, sebagaimana disebutkan sebelumnya, perubahan harga khusus bisa
menjadi signifikan bahkan ketika tingkat harga umum tidak banyak berubah.
D. JENIS
PENYESUAIAN INFLASI
Rangkaian statistic yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.
Rangkaian statistic yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.
E. PENYESUAIAN
TINGKAT HARGA UMUM
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum ( daya beli ) disebut sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan di dalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya dialokasikan terhadap laba periode kini ( dalam bentuk beban depresiasi ), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli ( yang lebih tinggi ) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan dengan transaksi ditahun berjalan.
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum ( daya beli ) disebut sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan di dalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya dialokasikan terhadap laba periode kini ( dalam bentuk beban depresiasi ), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli ( yang lebih tinggi ) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan dengan transaksi ditahun berjalan.
Indeks Harga
Perubahan tingkat
harga umum diukur dengan indeks tingkat harga dalam bentuk Jumlah p1q1 /
Jumlah p0q0 dimana
p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu indeks
harga adalah rasio biaya. Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat
orang menghabiskan uang $20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang dan jasa
yang representive pada akhir tahun 1 ( tahun dasar – awal tahun 2 ) dan $22.000
untuk membeli keranjang yang sama setahun kemudian ( awal tahun 3 ), indeks
harga akhir tahun pada tahun 2 adalah $22.000/$20.000 atau 1,1. Angka ini
menujukkan adanya laju inflasi sebesar 10 % selama tahun 2. Demikian pula
halnya, apabila keranjang dalam contoh diatas $23.500 bagi suatu keluarga yang
terdiri dari 4 orang pada tahun 2 kemudian ( akhir tahun 3 ), maka indeks
tingkat harga umum akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menunjukkan
laju inflasi 17,5 % semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah
$20.000/$20.000 atau 1.
Penggunaan Indeks
Harga
Angka indeks harga digunakan untuk
mentraslasikan jumlah yang dibayarkan selama periode terdahulu menjadi
ekuivalen daya beli pada akhir periode. Metode yang digunakan adalah sebagai
berikut :
GPLc / GPLtd x Jumlah Nominaltd = PPEc
Dimana :
GPL = indeks harga umum
c
= periode kini
td
= tanggal transaksi
PPE = ekuivalen
daya beli umum
Angka tingkat harga yang disesuaikan
bukan merupakan biaya kini dari pos yang dipersoalkan, melainkan masih
merupakan angka biaya historis. Angka biaya historis hanya sekedar disajikan
ulang dalam unit ukuran baru, yaitu daya beli umum diakhirperiode. Jika semua
transaksi semua dilakukan secara seragam selama periode tertentu (seperti
pendapatan dari penjualan barang atau jasa), maka penyesuaian tingkat harga
jalan pintas dapat digunakan. Ketika menyajikan pendapatan sebagai setara daya
beli akhir periode, ketimbang menyesuaikan tingkat harga pendapatan harian
(berarti ada 365 perhitungan) kita dapat menggunakan rumus berikut :
GPLc / GPLtd x Pendapatan Total = PPEc
Objek Penyesuaian
Tingkat Harga Umum
Secara tradisional, laba merupakan
bagian dari kekayaan perusahaan ( yaitu aktiva bersih ) yang dapat ditarik oleh
perusahaan selama suatu periode akuntansi tanpa mengurangi kekayaannya hingga
dibawah posisi awal. Dengan asumsi tidak ada investasi atau penarikan tambahan
oleh pemilik selama periode tersebut. Oleh karena itu, akuntansi konvensional
menghitung laba sebagai jumlah maksimal yang dapat ditarik oleh perusahaan
tanpa mengurangi modal uang awalnya. Jika kita tidak bisa memperoleh harga yang
stabil maka perhitungan laba konvensional cenderung menghitung kekayaan bersih
perusahaan setelah pajak secara tidak akurat.
Dari mana datangnya kerugian moneter?
Selama inflasi perusahaan akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak
berkaitaan dengan kegiatan operasinya. Perubahan muncul dari aktiva atau
kewajiban moneter, kewajiban untuk membayarkan mata uang dengan jumlah yang
tetap dimasa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang usaha yang umumnya
akan menghilangkan daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup
kebanyakan utang yang umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli selama
periode inflasi.
F. PENYESUAIAN
BIAYA KINI
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama yaitu (1) Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh karena aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan. (2) Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode ( tanpa pertimbangan komponen pajak ), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama yaitu (1) Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh karena aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan. (2) Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode ( tanpa pertimbangan komponen pajak ), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.
Biaya Kini Disesuaikan
Dengan Tingkat-Harga Umum
Opsi pelaporan ketiga yang bertujuan
untuk menerangkan perubahan harga ini menggabungkan karakteristik model tingkat
umum dan model biaya kini. Pengukuran ini, yang disebut sebagai model biaya
kini yang disesuaikan dengan tingkat harga menggunakan indeks harga umum maupun
khusus. Sesuai dengan model tingkat harga umum, salah satu tujuan model ini
adalah untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen pada daya beli
akhir tahun perusahaan. Laporan laba rugi juga memuat informasi mengenai laba
atau rugi daya beli pos-pos moneter induk bersih. Sesuai dengan model biaya
kini, tujuan lain model ini adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada
biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan
bersih setelah pajak.
Ciri khas dari model biaya kini yang
disesuaikan dengan tingkat harga adalah pengungkapan perubahan biaya kini dari
aset moneter perusahaan setelah dikurangi inflasi. Tujuannya adalah untuk
memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau kurang
dari perubahan daya beli umum. Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas
pemegang saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut : Kenaikan aset non moneter
akibat inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan agar
mampu menghadapi inflasi umum tersebut. Komponen kedua (misalnya kenaikan harga
kini yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak sebagai laba modal
atas aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita berpendapat bahwa
komponen terakhir ini bukan merupakan laba, melainkan kenaikan biaya usaha yang
harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan kapasitas produksinya.
Group Modelo diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan, disajikan ulang sebagai berikut :
§ · Persediaan
Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode
masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang dengan menggunakan metode
biaya penggantian atau manufaktur.
§ · Harga Pokok Penjualan
Penyajian ulang akun ini dinilai
berdasarkan nilai persediaan yang dinyataan ulang.
§ · Aktiva Tetap
Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya
akuisisi, dan disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh
dari Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi
nilai penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli independent
pada tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai denga tanggal akuisisi apabila pembelian
dilakukan setelah tanggal tersebut.
§ · Depresiasi
Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian
ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan ebagai dasar, perkiraan masa manfaat
ditentukan oleh penilai independent.
§ · Penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Akun ini disajikan ulang dengan
menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut umur atau tanggal
kontribusinya.
§ · Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas
pemegang saham
Saldo akun ini disajikan dengan
penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan aktiva nonmoneter dan akumulasi
hasil moneter ekuitas.
§ · Hasil dari kepemilikan aktiva nonmoneter
Pos ini menunjukka perubahan dalam nilai
aktiva nonmoneter yang disebabkan oleh hal selain inflasi.
§ · Akumulasi hasil moneter ekuitas
Pos ini merupakan hasil yang berawal
dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan.
G. SUDUT
PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
Beberapa negara bereksperimen dengan pendekatan akuntansi inflasi yang beragam. Praktik-praktik yang berlaku dilapangan juga mencerminkan berbagai pertimbangan pragmatis, seperti tingkat keparahan inflasi nasional dan sudut pandang pihak-pihak yang merasakan pengaruh langsung dari angka-angka akuntansi inflasi. Guna memahami praktik-praktik yang berlaku dewasa ini, akan bermanfaat jika kita menelaah pendekatan terhadap akuntansi inflasi yang dilakukan oleh beberapa negara.
Beberapa negara bereksperimen dengan pendekatan akuntansi inflasi yang beragam. Praktik-praktik yang berlaku dilapangan juga mencerminkan berbagai pertimbangan pragmatis, seperti tingkat keparahan inflasi nasional dan sudut pandang pihak-pihak yang merasakan pengaruh langsung dari angka-angka akuntansi inflasi. Guna memahami praktik-praktik yang berlaku dewasa ini, akan bermanfaat jika kita menelaah pendekatan terhadap akuntansi inflasi yang dilakukan oleh beberapa negara.
Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB
mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement
of Financial Accounting Standards-SAFS ) No. 33 Berjudul
“Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan
perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap ( sebelum
dikurangi dengan depresiasi ) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total
aktiva lebih dari $1 Miliar ( setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi )
untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan
biaya beli konstan biaya kini. Sebagai kerangka pengukuran dasar untuk
pengukuran dasar pelaporan keuangan utama, pengungkapan ini lebih ditujukan
untuk melengkapi informasi beban historis daripada menggantinya.
Banyak pengguna dan penyusun informasi
keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan bahwa :
1.
Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh
FASB membingungkan
2.
Biaya untuk penyusunan pengungkapan
ganda terlalu besar
3.
Pengungkapan daya beli konstan biaya
historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini
Oleh karena itu, FASB memutuskan untuk
menyarankan, dan tidak mewajibkan, perusahaan pelaporan di AS untuk
mengungkapkan baik informasi daya beli tetap biaya historis maupun daya beli
tetap biaya kini. Pedoman yang diterbitkan oleh FASB (SFAS 89) bertujuan untuk
membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh perubahan harga terhadap laporan
keuangan, disamping sebagai cikal bakal standar akuntansi inflasi dimasa
mendatang.
Perusahaan pelapor didorong untuk
mengungkapan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terkini :
§ Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya
§ Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar
biaya kini
§ Keuntungan atau kerugiaan daya beli ( moneter ) atas
pos-poss moneter bersih
§ Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah
yang dapat dipulihkan yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap,
bersih dari inlasi ( perubahan tingkat harga umum )
§ Setiap agregat penyesuaian
translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses
konsolidasi
§ Aktiva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya
kini
§ Laba per saham ( dari operasi berjalan ) menurut dasar
biaya kini
§ Deviden per saham biasa
§ Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa
§ Tingkat Indeks Harga Konsumen ( Consumer Price Index-CPI ) yang digunakan untuk
mengukur laba dari operasi berjalan
Untuk meningkatkan komparabilitas data
diatas, informasi yang diberikan dapat disajikan baik dalam (1) rata-rata
setara daya beli (atau diakhir tahun), (2) Dollar pada periode pokok
(1967) yang digunakan untuk menghitung CPI. Jika laba berdasarkan daya beli
tetap biaya kini berbeda secara signifikan dari laba biaya historis, maka
perusahaan diminta untuk menyajikan lebih banyak data.
Pedoman SFAS No 89 juga mencakup operasi
luar negeri yang disertakan dalam laporan keuangan konsolidasian perusahaan
induk di Amerika Serikat. Perusahaan yang menggunakan dollar sebagai mata uang
fungsional untuk mengukur operasi luar negeri menggunakan prespektif mata uang
induk. Perusahaan multi nasional yang menggunakan mata uang local sebagai mata
uang fungsional untuk sebagian besar operasi luar negerinya menggunakan
prespektif mata uang local. FASB membolehkan perusahaan untuk menggunakan
metode translasi saji ulang untuk menyesuaikan dengan inflasi asing kemudian
mentranslasikannya kedalam dollar AS. Bertujuan untuk menunjukan inflasi dapat
menggunakan baik dollar AS maupun indeks tingkat harga umum asing.
INGGRIS
Komite Standar
Akuntansi Inggris ( Accounting Standard Committee-ASC )
menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 ( Statement of Standards Accounting Practice-SSAP 16), “Akuntansi
Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda
dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :
1.
Standar AS mengharuskan akuntansi dollar
konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk
pelaporan eksternal
2.
Penyesuaian inflasi AS berpusat pada
laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba
rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan
Standar di Inggris memperbolehkan tiga
pilihan pelaporan :
1.
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai
pelapor keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis
2.
Menyajikan akun-akun biaya historis
sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini
3.
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai
satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai
Terkait pos-pos moneter, SFAS No 33
mewajibkan pengungkapan angka-angka laba dan rugi secara terpisah, sedangkan
SSAP No 16 mewajibkan dua jenis angka yang mencerminkan pengaruh perubahan
harga khusus. Jenis pertama yang disebut sebagai penyesuaian modal kerja
moneter (MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap jumlah total modal
kerja yang digunakan dalam operasi bisnis. Jenis dua yang disebut penyesuaian
utang modal, memperhatikan dampak perubahan harga khsus terhadap aset
nonmoneter perusahaan (misalnya penyusutan, beban penjualan, dan modal kerja
moneter).
Penyesuaian utang modal menyatakan bahwa
pengeluaran seperti beban penjualan barang dan penyusutan tidak harus dikurangi
untuk mengakui biaya pengganti dari aset tersebut, selama tidak diperoleh lewat
utang. Jika diperoleh lewat utang, maka laba moneter yang dihitung oleh indeks
harga khsus (bukan umum) mestinya mengalami kenaikan.
BRASIL
Inflasi sering dianggap sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari dunia bisnis di Amerika Latin, Eropa Timur dan Asia
Tenggara. Mengingat pengalamannya dengan inflasi dimasa lalu, pendekatan yang
dilakukan oleh brasil terhadap akuntansi inflasi sangat informatif.
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan
di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan, Undang-Undang
perusahaan Brasil dan Komisi Sekuritas dan Bursa Brasil. Penyesuaian inflasi
yang sesuai dengan undang-undang perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva
permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui
oleh Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva
permanen meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan
depresiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau deplesi ( termasuk setiap
provisi kerugiaan yang terkait ). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari
modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan
modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.
Akun yang disebut terakhir berasal dari revaluasi aset tetap kedalam biaya
pengganti kininya, setelah dikurangi provisi penyusutan teknis dan fisik.
Penyesuaian inflasi terhadap aset
permanen dan ekuitas pemegang saham diterima bersih, dan kelebihannya
diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai laba atau rugi koreksi
moneter.
Penyesuaian tingkat harga terhadap
ekuitas pemegang saham (BRL275) merupakan jumlah yang mesti ditumbuhkan lewat
investasi pemegang saham diawal tahun, guna mengatasi inflasi. Penyesuaian aset
permanen yang lebih sedikit dari penyesuaian ekuitas menimbulkan rugi daya
beli, yang tercermin dalam aset moneter bersih yang diungkapkan oleh perusahaan
yaitu modal kerja.
H. BADAN
STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasional yang dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hyperiflasi tidak bermanfaat. IAS 29 pelaporan keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi mewajibkan ( dan bukan hanya merekomendasikan ) penyajian ualang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perkekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli terkait posisis kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba bersih. Perusahaan pelapor juga harus mengungkapkan :
IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasional yang dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hyperiflasi tidak bermanfaat. IAS 29 pelaporan keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi mewajibkan ( dan bukan hanya merekomendasikan ) penyajian ualang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perkekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli terkait posisis kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba bersih. Perusahaan pelapor juga harus mengungkapkan :
1.
Fakta bahwa penyajian ulang atas
perubahan daya beli umum unit pengukuran telah dilakukan
2.
Model penilaian aset yang digunakan
dalam laporan utama (yaitu penilaian historis atau biaya kini)
3.
Identitas dan tingkat indeks harga
pertanggal neraca, berikut pergerakkannya selama tahun pelaporan
4.
Laba atau rugi moneter bersih tahun
berjalan
I. HAL-HAL
TERKAIT INFLASI
Para analis harus memperhatikan hal-hal
berikut saat membaca laporan yang disesuaikan dengan inflasi :
1.
Apakah pengaruh inflasi dapat diukur
secara lebih baik oleh dollar tetap atau biaya kini
2.
Perlakuan akuntansi untuk laba dan rugi
inflasi
3.
Akuntansi inflasi asing
4.
Pengaruh gabungan dari tingkat inflasi
dan bursa efek
Laba dan Rugi Inflasi
Perlakuan terhadap laba dan rugi atas
pos-pos moneter (seperti kas, utang, dan piutang) merupakan isu controversial.
Survei yang dilakukan terhadap praktik-praktik diberbagai negara menunjukkan
keragaman yang penting dalam hal ini.
Laba dan rugi pos-pos moneter di Amerika
Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan
akhir serta transaksi dalam seluruh aktiva dan kewajiban moneter ( termasuk utang
jangka panjang ). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah.
Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugiaan pos-pos moneter sebagai hal
yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian
pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme
penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus (
dan bukan umum ). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat ( atau biaya )
kepada pemegang saham berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode
perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas ( dikurangi dari ) laba
operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan
yang disebut sebagai “ Laba Biaya Kini Tertribusi Kepada Pemegang Saham “.
Pendekatan Brasil yang tidak lagi
diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit,
karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi.
Namun demikian, peyesuaian dan penyajian bersih aktiva pemanen atau kerugian
daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau
kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas
menunjukkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang lebih
besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukkan adanya sebagai modal kerja
yang didanai oleh ekuitas. Kerugiaan daya beli diakui untuk bagian ini selama
periode inflasi.
SSAP No 16 memiliki cara yang lebih baik
untuk menangani pengaruh inflasi. Perusahaan juga diuntungkan jika menggunakan
utang selama inflasi berlangsung. Fenomena ini seharusnya tidak diukur dengan
daya beli umum karena perusahaan hampir tidak pernah berinvestasi di keranjang
belanja ekonomi. Tujuan akuntansi inflasi ialah untuk mengukur kinerja
perusahaan dan memungkinkan pihak yang terkait untuk menilai jumlah, waktu, dan
potensi arus kas dimasa depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur daya
beli yang dimilikinya untuk memperoleh barang dan jasa tertentu lewat indeks
pengukur laba dan rugi moneter. Karena tidak semua perusahaan memperoleh indeks
daya beli kasnnya sendiri, pendekatan yang dilakukan di Inggris menjadi
alternative yang terbaik.
Laba dan Rugi Modal
Akuntansi untuk biaya kini membagi total
laba menjadi 2 bagian :
1.
Laba operasi ( perbedaan antara
pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi )
2.
Keuntungan yang belum direalisasi yang
timbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat
bersamaan dengan inflasi
Pengukuran laba modal mudah dilakukan,
namun perlakuan akuntansinya sulit.
Akuntansi Untuk
Inflasi Di Luar Negeri
Ketika hendak mengonsolidasikan laporan anak
perusahaan yang berada dilingkungan yang mengalami inflasi, apakah manajemen
pertama-tama harus menyajika ulang laporan ini dengan inflasi asing, kemudian mentranslasikannya
kedalam mata uang induk perusahaan? Atau apakah manajemen pertama-tama harus
mentranslasikan laporan yang belum disesuaikan tersebut kedalam mata uang induk
perusahaan, kemudian menyajikan ulang dengan inflasi di negara tempat induk perusahaan.
Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk
membahas masalah inflasi dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk
melakukan ekspresimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya histories dan
pengungkapannya biaya kini. Oleh karena itu, investor memerlukan laporan
keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik ( model biaya kini yang
digunakan ) menentukan jumlah maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan
sebagai deviden ( kekayaan yang dapat dibagikan ) tanpa mengurangi kapasitas
produktifnya. Model biaya histories tetap saja adalah model biaya historis.
Prosedur penyesuaian tingkat harga lebih
disukai berikut ini :
§ Sajikan ulang laopran keuangan seluruh anak
perusahaan, baik domestic secara spesifik maupun asing, dan laopran induk
perusahaan untuk mencerminkan perubahan dalam harga spesifik ( sebagai contoh
biaya kini )
§ Translasikan akun-akun seluruh anak perusahaan diluar
negeri kedalam nilai ekuivalen mata uang domestic dengan menggunakan suatu
nilai konstan ( yaitu kurs valuta asing pada tahun dasar atau tahun sekarang )
§ Gunakanlah indeks harga spesifik yang relavan dengan
apa yang dikonsumsi oleh perusahaan dalam menghitung keuntungan atau kerugiaan
moneter
Menghindari Kejatuhan
Ganda
Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar
negeri terhadap inflasi di luar negeri. Seseorang harus berhati-hati untuk
menghindari apa yang disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena
inflasi local langsung berpengaruh kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila
teori ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju
inflasi internal suatu Negara dan nilai eksternal mata uangnya, bukti-bukti
menunjukkan bahwa hubungan seperti ini jarang sekali bertahan ( paling tidak
dalam jangka pendek ). Dengan demikian ukuran penyesuaian yang terjadi untuk
menghapuskan kejatuhan ganda akan berbeda-beda tergantung pada sejauh mana kurs
dan perbedaan inflasi berhubungan secara negatif.
Contoh akuntansi persediaan berikut ini
menunjukkan hubungan antara inflasi dan translasi mata uang luar negeri.
Perusahaan dalam contoh ini menggunakan metode penilaian persediaan FIFO dan
melakukan translasi persediaan ke dalam dolar dengan kurs ini. Kita
mengasumsikan beberapa hal berikut ini :
§ Inflasi Negara local adalah 20 % selama tahun yang beru
saja berakhir. Inflasi di AS adalah sebesar 6 % selama tahun teersebut
§ Kurs nilai tukar pembukuan pada tanggal 1 Januari
adalah LC1=$1,00
§ Kurs nilai tukar penutupan pada tanggal 31 Desember
adalah LC1=$0,88
§ Devaluasi mata uang selama tahun untuk mempertahankan
paritas daya beli adalah 12 %
§ Persediaan dalam mata uang local adalah sebesar LC200
pada tanggal 1 Januari dan LC240 pada tanggal 31 Desember
§ Tidak ada perubahan yang terjadi menyangkut jumlah
fisik persediaan selama tahun tersebut.
Dari paparan tentang
pelaporan keuangan dan perubahan harga menurut saya setiap perusahaan yang
sudah bonafit wajib melakukan pelaporan keuangannya bahkan ke public atau
masyarakat juga. Dan jika kita ingin melakukan bisnis internsioanal kita tidak
bisa dipisahkan dengan nilai mata auang dan perubahan harga uang atas barang
dan jasa. Dalam suatu perekonomian bisa mengalami yang namanya perubahan harga.
Perubahan harga tersebut ada yang namanya inflasi ( kenaikan harga secara
keseluruhan ) dan deflasi ( penurunan harga ). Disetiap Negara memiliki
perbedaan dalam hal penilaian biaya kini yang dikaitkan terhadap inflasi di
pemaparan diatas di jelaskan tentang sudut pandang internasional terhadap
akuntansi inflasi antara Negara Amerika Serikat, Inggris dan Berasil. Dari itu
semua ada keuntungan dan kerugiaan inflasi pada Negara Amerika Serikat, Inggris
dan Brasil dan juga Kepemilikan.
BAB III
K E S I M P U L A N
Perubahan harga merupakan fluktuasi pergerakan harga baik suatu peningkatan
maupun suatu penurunan. Peningkatan harga secara umum di kenal dengan istilah
inflasi, sedangkan penurunan harga secara umum dikenal dengan istilah deflasi.
Perubahan harga disini terdapat dua jenis perubahan harga umum maupun perubahan
harga spesifik. Perubahan harga umum merupakan perubahan harga secara
keseluruhan komoditi, sedangkan perubahan harga khusus merupakan perubahan
harga komoditi tertentu. Pada periode perubahan harga ini laporan keuangan
sangat teramat rentan terhadap resiko penyesatan para penggunanya. Resiko ini
terjadi karena adanya ketidak akuratan pengukuran yang menyebabkan distorsi
pada proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis, anggaran
yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan data kinerja yang tidak dapat
mengisolasi pengaruh perubahan harga yang tidak dapat dikendalikan. Resiko
tersebut menimbulkan kesulitan para pembaca untuk menginterpretasikan dan
membandingkap laporan keuangan. Terdapa dua jenis metode yang dapat dilakukan
untuk melakukan penyesuaian terhadap inflasi, yaitu (1) akuntansi untuk laporan
keuangan atas perubahan tingkatan harga umum yang disebut sebagai model daya
beli konstan biaya historis, dan (2) akuntansi untuk perubahan harga khusus
yang disebut dengan model biaya kini.
DAFTAR PUSTAKA
§ Choi, Frederick. D. S. dan Gary K. Meek.2012.International
Accounting Edisi 6 Buku 1.Jakarta:Salemba Empat
SUMBER :